GpYlTUY0GpOiTSGlBSAlTSG0TY==

Stop Jalur Ilegal, Ini Pesan PMI NTB di Malaysia


KANAL ONE, KUALA LUMPUR -
Pemprov NTB gencar mengkampanyekan pemberangkatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) melalui jalur yang resmi atau sesuai dengan prosedur yang diberlakukan oleh pemerintah. Sebab kontrak serta hak dan kewajiban pekerja sudah diatur dengan jelas yang sesuai dengan kesepakatan antar negara.

Para PMI asal NTB yang kini bekerja di Malaysia berbicara tentang pentingnya warga yang ingin bekerja di negeri jiran agar menempuh cara-cara yang legal. Sebab harus diakui masih ada pekerja yang mengambil risiko berangkat melalui jalur tak resmi. Hal itu biasanya terjadi karena termakan oleh bujuk rayu calo PMI di kampung halaman.

Salah satu PMI asal Desa Lekor Kecamatan Janapria Jumarep yang kini bekerja di Kuala Lumpur Kepong (KLK) Berhad Selangor mengatakan, berangkat kerja menjadi PMI secara prosedural akan menjamin keselamatan para pekerja. Keselamatan lebih diutamakan daripada melalui jalur tak resmi yang sudah pasti memiliki risiko yang buruk bagi PMI.

“Untuk saudara-saudara saya di Lombok kalau mau bekerja di Malaysia tolong lewat PT yang resmi, jangan sampai kena abal-abal dari PL (tekong-red) sebab banyak dramanya. Kalau kita melalui jalur resmi kita sudah ditanggung oleh majikan maupun pemerintah kita Indonesia. Keselamatan terjamin,” kata Jumarep kepada Suara NTB saat berkunjung ke kebun ini, Senin (9/12)


Ia mengatakan, ia sudah dua tahun bekerja di KLK Berhad. Salah satau keunggulan perusahaan ini adalah area perkebunannya yang memiliki akses yang mudah, misalnya untuk pergi ke pusat perbelanjaan, rekreasi dan lainnya.


Alat-alat kerja juga sudah disediakan oleh perusahaan sehingga memudahkan bagi pekerja untuk beraktivitas. Adapun gaji yang diterima oleh pekerja sesuai dengan standar yang diterapkan oleh perusahaan.

“Gaji tergantung dari pekerjaan, misalnya yang potong buah cukup tinggi, begitu juga loading. Kalau kerja harian dalam 26 hari bisa dapat 1000 ringgit. Kalau lebih bisa sampai 2 ribu. Yang 3,700 Ringgit juga ada. Tergantung kita yang kerja. Kalau kita betul-betul mau bekerja, bisa lembur untuk mendapatkan hasil yang lebih,” katanya.

Hendra, PMI asal Kecamatan Keruak Lombok Timur yang juga bekerja di KLK Berhad mengatakan, dia memilih jalur yang resmi agar nyaman dan terjamin keselamatannya. Hak-hak sebagai pekerja juga sudah diperolehnya dengan baik. Sehingga uang yang dihasilkan juga bermanfaat di kampung halaman.

“Kita bisa beli tanah dan kendaraan. Kalau bangun rumah masih kita nabung,” kata pria yang masih belum berkeluarga ini.

Ia memilih bekerja di Malaysia menjadi PMI sektor Perkebunan lantaran di kampung halaman, lapangan pekerjaan masih terbatas. Sehingga saat ada orang mengajaknya bekerja menjadi PMI langsung disetujui.


Fadli, PMI asal Mantang Lombok Tengah mengatakan, ia memutuskan menjadi PMI lantaran di rumah hanya menghabiskan waktu sebagai pekerja serabutan. Di sini, ia bisa mendapatkan 2500 Ringgit jika mengambil kerja borongan. Hasil yang diperoleh dibelanjakan untuk membeli anak kendaraan serta biaya sekolah di Lombok.


“Saya baru satu tahun di ini, Insya Allah ingin sampai dua atau tiga tahun lagi,” katanya.

Penulis : Dedy Soe
Editor    : Dedy Soe

Komentar0

Bebas berkomentar. Sesuai Undang-undang Republik Indonesia. Link aktif auto sensor.

Cari Berita Lain di Google News

Type above and press Enter to search.