Akademisi STP Mataram, Halus Mandala (Baju Batik) Bersama Rekan |
MATARAM - Hampir dua tahun masa pandemi mendera dunia. Kondisi ekonomi masyarakat tanah air terus terpuruk. Namun, langkah ini diyakini kalangan akademisi sebagai cara ampuh mengatasi keterpurukan ekonomi pelaku wisata di desa wisata.
Memperbanyak kunjungan ke desa wisata dinilai sebagai 'jurus' ampuh menghidupkan suasana destinasi wisata, khususnya kawasan desa wisata. Dampak pandemi, memang tidak saja dirasakan pelaku usaha menengah ke atas. Dampak lebih parah, bahkan dirasakan kalangan pelaku usaha di pelosok-pelosok desa. Terlebih di Lombok-Sumbawa berkembang kawasan wisata pedesaan. Pemerintah memberi perhatian khusus kepada desa wisata akhir-akhir ini dimaksudkan untuk menyelamatkan ekonomi warga menengah ke bawah. Selebihnya bertujuan memberi stimulan bagi kelangsungan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Sebagian besar pengusaha UMKM ini lebih banyak di desa. Pertumbuhan ekonomi di desa terbikang cukup lamban jika tidak ditopang program pemerintah. Cara sederhananya menghidupkan 'gotong-royong' pejabat atau pengusaha dengan sering-sering datang ke desa wisata," ungkap Akademisi Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram, Halus Mandala di Mataram, Minggu (19/9).
Tidak sekedar datang berkunjung, lanjut tokoh pariwisata yang getol perhatikan kondisi wisata NTB ini. Jika berkunjung ke desa wisata hidupkan lah ekonomi kalangan pelaku. Untuk kebutuhan akomodasi carilah di sekitar itu. Jangan keluar ke kota. Atau membawa bekal dari kota untuk memenuhi kebutuhan akomodasi di desa wisata. Belanjalah untuk oleh-oleh keluarga di rumah, sahabat atau mitra kerja kita di kota.
"Sistem bapak angkat pengusaha sebaiknya dihidupkan lagi. Terutama pengusaha yang kondisi usahanya masih tergolong sehat. Kampus-kampus juga harus berperan mengaktifkan lagi kegiatan pengabdian masyarakatnya di desa-desa wisata yang ada. KKN juga bisa dilakukan di deaa wisata. Ini akan banyak membantu pertumbuhan ekonomi warga di desa wisata. Tentu banyak cara yang bisa kita lakukan untuk membantu warga di desa wisata," imbuh Halus Mandala memberi gagasan.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) NTB, Ahyak Mudin, memberi apresisi tinggi atas gagasan Halus Mandala. Konsep pembagian rejeko yang merata kini telah banyak berkembang di desa desa wisata di Lombok Timur misalnya.
"Kesadaran warga pelaku wisata di kawasan wisata pedesaan sudah sangat berkembang dan sangat paham dengan konsep pembagian rejeki yang merata ini. Tidak ada kesan mendominasi. Inilah yang mendasari dukungan atas gagasan dari kalangan akademisi itu," kata Ahyak memberi acungan jempol.
Pelaku usaha di desa wisata Kembang Kuning, Musanif, juga berharapa gagasan ini bisa berjalan selama masa pandemi ini. Selain menjadi stimulan pertumbuhan ekonomi warga di desa, kunjungan wisatawan lokal ke desa wisata akan memberi semangat kalangan pelaku usaha di desa wisata.
"Jelas ini bisa menjadi motivasi kami untuk bisa terus bertahan," ujar Musanif singkat.
Kami, lanjutnya, tentu akan merasa sangat terbantu. Kami sangat berharap gagasan akademisi Halus Mandala ini bisa berjalan sesuai harapan. Selain membangkitkan motivasi kami untuk terus eksis, yang lebih penting ekonomi di kalangan masyarakat bawah bisa berdenyut lagi. Termasuk pelaku UMKM yang ada di desa. (KO02)
Komentar0
Bebas berkomentar. Sesuai Undang-undang Republik Indonesia. Link aktif auto sensor.